Jika sudah masak di pohon buah ini akan menebarkan aroma yang sangat
harum, kemudian jatuh dengan sendirinya dari tangkai buah tempatnya mendapatkan
suplai makanan. Jatuh dari ketinggian tidak akan merusak buahnya karena kulit
buah kawis sangat keras seperti layaknya batok kelapa. Dahulu kita masih dapat
menemui buah ini dijual oleh pedagang-pedagang buah di pasar tradisional.
Cara menikmati KAWIS secara tradisional adalah
dengan membantingnya hingga retak kemudian setelah terbelah, dagingnya dikeruk
ke dalam gelas, ditaburi gula pasir, lalu dimakan, atau agar lebih joss dapat
ditambah es dan sedikit air seperti limun. Keunikan rasa Kawista ini akhirnya
dilirik oleh pasar dan dikembangkanlah sirup Kawista, dirintis di Rembang dan
kini menjadi oleh-oleh khas serta identitas daerah Rembang, daerah perbatasan
antara Jawa Tengah dan Jawa Timur di Pantai Utara.
Salah satu manfaat dari buah kawista adalah
kemampuannya untuk menurunkan sakit panas dan menyembuhkan sakit perut. Selain
itu buah kawista juga bisa mengatasi haid yang berlebihan, mencegah gangguan
hati dan mengatasi mual-mual.
Manfaat buah ini bisa dimanfaatkan saat dimakan
sebagai buah segar, atau dijadikan campuran jamu. Saat disajikan sebagai sirup
pun Kawista juga memberikan manfaat yang sangat besar.
Manfaat lain dari buah kawista adalah
kemampuannya untuk mengembalikan stamina yang drop. Karena itulah buah kawista
banyak juga dimanfaatkan sebagai tonikum untuk mengembalikan kesegaran tubuh.
COLA VAN JAVA, begitulah nama sirup Kawista ini
populer di kalangan masyarakat Internasional. Begitu dituang ke dalam segelas
air akan muncul gelembung-gelembung layaknya minuman bersoda, dan ada sensasi
mengigit di lidah serta gas yang menyelusup hidung ketika kita meminum sirup kawista
ini, persis seperti ketika kita minum cola berkarbonasi. Amerika, Finlandia,
dan Jepang adalah sederet tujuan ekspor produk sirup Kawista ini.
Selain sirup belakangan muncul olah-olahan baru
seperti Madu Mongso hasil pemanfaatan lembah serat kawista pengolahan sirup
yang dipadukan dengan tape ketan, santan, dan gula merah. Dodol khas Jawa ini
rasanya asam manis dengan aroma buah segar. Sedangkan Selai Kawista dibuat
dengan merebus serat kawista dengan gula merah dan air tape hingga mengental.
Penanaman Kawista kurang berkembang di Tanah Air
karena dianggap tumbuh sangat lambat dan baru berbuah setelah umur 15 tahun
jika ditanam dari biji atau setek akar. Karenanya meskipun telah dikembangkan
di beberapa daerah seperti Rembang, Karawang, dan Tuban, tanaman penghasil buah
ini tetap jarang dijumpai.
Pohon Kawista cukup tinggi dengan daun yang
rindang, terdapat duri-duri pada cabang muda pohon kawista, sangat adaptif dan
tahan terhadap kondisi buruk, dapat ditanam di daerah kering dengan kadar garam
tinggi sekalipun, serta tahan hama
penyakit. Karenanya cocok ditanam di daerah pesisir pantai sampai pada
ketinggian 400 mdpl. Buah kawista yang matang memperlihatkan manfaat obat,
untuk menurunkan panas, pengelat dan bersifat tonikum, dan digunakan sebagai
obat sakit perut. Di Indo-Cina, duri dan kulit batang kawista dijumpai dalam
berbagai ramuan obat tradisional untuk mengobati haid yang berlebihan, gangguan
hati, gigitan dan sengatan binatang, dan untuk mengobati mual-mual.Tanah air
Indonesia memang penuh dengan keanekaragaman hayati yang belum diketahui
potensinya, padahal bila digali lagi manfaat Flora yang ada di Indonesia ini,
tentunya masih banyak yang terlewatkan oleh Manusia Indonesia yang hidup
diatasnya. Untuk dapat merasakan manfaat buah Kawista ini dengan cepat dapat
dilakukan penanaman Kawista asal okulasi. kawista asal okulasi mulai belajar
berbuah umur 2 tahun. Pohonnya kelak tinggi dan rindang, dapat dimanfaatkan
sebagai peneduh sekaligus kita dapat merasakan nikmatnya Kawista, Cola van Java
nan langka.
Buahnya enak. Saya jadi penasaran bagaimana cara budidaya kawista supaya cepat berbuah lebat
BalasHapus