Jamblang (Syzygium cumini) atau
disebut juga jambu keling dan duwet adalah sejenis pohon buah dari suku jambu-jambuan (Myrtaceae).
Tumbuhan berbuah sepat masam ini dikenal pula dengan berbagai nama
seperti jambee kleng(Aceh), jambu kling, nunang[4] (Gayo), jambu koliong (Riau), jambu kalang (Min.), jambulang, jambulan, jombulan, jumblang(aneka nama lokal di Sulut), jambulan (Flores), jambula (Ternate), jamblang (Btw., Sd.).
Juga jambu juwat, jiwat, jiwat padi(Ind., juwet atau duwet (Jw.), juwet, jujutan (Bl.), dhuwak, dhalas (Md.), duwe (Bima), Rappo - Rappo (Selayar)
dan lain-lain.
Dalam pelbagai bahasa asing buah ini dikenal sebagai jambulan, jambulana (Malaysia), duhat (Filipina), jambul, jamun, atauJava plum (Ingg.),
dan lain-lain. Nama ilmiahnya adalah Syzygium
cumini.
Buah jamblang
Pohon yang kokoh, berkayu, diameter 10-30 m, berwarna putih kotor,
dan tidak menggugurkan daun.[2] Kadang-kadang berbatang bengkok, tinggi hingga 20 m dan gemang mencapai 90 cm.
Bercabang rendah dan bertajuk bulat atau tidak beraturan.
Daun-daunnya
terletak berhadapan, bertangkai 1-3,5 cm. Helaian daun bundar telur
terbalik agak jorong sampai jorong lonjong, 5-25 x 2–10 cm, pangkalnya
lebar berbentuk pasak atau membundar, ujung tumpul atau agak melancip, bertepi
rata, menjangat tebal dengan tepi yang tipis dan agak
tembus pandang. Hijau tua berkilat di sebelah atas, daun jamblang agak berbau terpentin apabila diremas. Daun yang muda
berwarna merah jambu. Pertulangannya menyirip.[2]
Karangan bunga dalam malai atau malai rata, renggang, hingga
tiga kali bercabang; umumnya muncul pada cabang-cabang yang tak berdaun. Bunga kecil, duduk rapat-rapat, 3-8 kuntum
di tiap ujung tangkai, berbau harum. Daun kelopak bentuk lonceng melebar atau corong, tinggi 4-6 mm,
kuning sampai keunguan. Daun mahkota bundar dan lepas-lepas, 3 mm, putih
abu-abu sampai merah jambu, mudah gugur. Benang sari banyak, 4–7 mm; putik
6–7 mm.
Buah buni[3] berbentuk lonjong sampai bulat telur,
sering agak bengkok, 1–5 cm, bermahkota cuping kelopak, dengan kulit tipis
licin mengkilap, merah tua sampai ungu kehitaman, kadang-kadang putih. Sering dalam
gerombolan besar. Daging buah putih, kuning kelabu sampai agak merah ungu,
hampir tak berbau, dengan banyak sari buah, sepat masam sampai masam manis.
Biji lonjong, sampai 3,5 cm.[6][7] Buahnya ada yang tak berbiji, ada juga yang
berbiji dengan batas jumlah 5.[3]
Persebaran
dan habitat
Jamblang dapat ditemui di baik dibudidayakan/liar di Asia tropis dan Australia.
Pohon jamblang mempunyai daerah persebaran alaminya di Himalaya bagian subtropis, India, Sri Lanka,
Malesia dan Australia .
Saat ini telah ditanam diseluruh kawasan tropika dan subtropika.[3] Di Pulau Jawa,
tumbuh liar di hutan jati dan dibudidayakan sebagai pohon buah
di pekarangan, dari dataran rendah[1] hingga 500 mdpl.[8] Walaupun demikian, ia dapat tumbuh
pada ketinggian 1800 mdpl. Curah hujan yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan yang bagus adalah lebih dari 1000 mm per
tahun dengan musim kering yang nyata. Jamblang tumbuh di dataran banjir. Jenis ini
toleran terhadap kekeringan dan dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah yang
tidak subur, lahan basah dan tanah yang berdrainase bagus (tanah lempung, tanah
liat berkapur, tanah berpasir dan tanah-tanah berkapur). Umumnya, jamblang
diperbanyak dengan biji, namun kultivar-kultivar
yang unggul bisa diperbanyak dengan cangkok.[3]
Kegunaan
Bunga jamblang
Buah jamblang biasa dimakan segar. Di India dan Filipina, seperti juga kebiasaan
di beberapa daerah di Indonesia ,
buah jamblang yang masak dicampur dengan sedikit garam dan kadang-kadang ditambahi gula, lalu dikocok di
dalam wadah tertutup (biasanya dua mangkuk ditangkupkan) sehingga lunak dan
berkurang sepatnya. Buah ini dapat mengurangi noda di gigi. Buah yang kaya
vitamin A dan C ini juga dapat dijadikan sari buah, jeli atau anggur.
Di Filipina, anggur jamblang diusahakan secara komersial.[6]
Kayunya dapat digunakan untuk bahan bangunan, meskipun tidak
istimewa dan agak mudah pecah. Kayu ini cukup kuat, tahan air dan serangan serangga;
sekalipun agak sukar dikerjakan. Yang terlebih sering ialah digunakan sebagai kayu bakar.
Kulit kayunya menghasilkan zat penyamak (tanin) dan dimanfaatkan untuk mewarnai
(ubar) jala. Kepingan kecil pepagan ini juga kadang-kadang dibubuhkan untuk
menghambat keasaman tuak. Daunnya kerap
digunakan sebagai pakan ternak.
Beberapa bagian tumbuhan juga dipergunakan sebagai bahan
obat, tradisional maupun modern. Kulit batang, daun, buah dan bijinya acapkali
digunakan sebagai obat kencing manis,
murus (diare),
dan beberapa penyakit lain. Bahkan simplisia dari kulit batang (dikenal sebagai Syzygii cortex) dan biji
jamblang (disebut Syzygii
semen) dahulu dianjurkan sebagai sediaan apotek yang tidak wajib. Di samping tanin,
bahan aktif yang dikandungnya antara lain adalah glukosida yambolin (jamboline).[5][9] Oleh pengobat tradisional di Amerika
Selatan, jamblang bersama ceremai
belanda untuk
mengurangi kerusakan jantung dan hati penderita kankeryang
mendapat kemoterapi doxorubicin (doksorubisin).[1] Jamblang dan Eugenia caryophyllata mengandung senyawa yang dapat
mengaktifkan enzim S-transferase di hati. Pada percobaan, enzim tersebut dapat
menurunkan kejadian kanker lambung hingga 80%. Sebagian wilayah di Asia Tenggara menggunakan akar jamblang untuk
mengobati epilepsi.[1] Di Dataran Tinggi Gayo, jamblang yang sering
disebut nunang digunakan untuk mengobati mencret.
Pohon
jamblang juga sering ditanam sebagai pohon peneduh di pekarangan dan perkebunan
(misalnya untuk meneduhi tanaman kopi), atau sebagai penahan angin (wind
break). Bunga-bunganya baik sebagai pakan lebah madu.( sumber : Wikipedia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar